A. Pengertian Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput meninges yang menyelubungi otak yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
B. Etiologi Meningitis
Meningitis dibagi menjadi 2 jenis menurut penyebabnya :
1. Meningitis bakterial, yang disebabkan oleh organisme primer gram negatif. Pada neonatus umumnya disebabkan oleh basil gram negatif, batang gram negatif dan streptococcus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun disebabkan Haemophilus Influenzae tipe B. Pada anak-anak yang lebih besar disebabkan oleh Infeksi Neisseria Meningitis atau Infeksi Staphilococcus.
2. Meningitis Aseptik, umumnya hampir 85% disebabkan oleh entero virus diantaranya virus Influenza, Koriomeningitis Limfositik, virus EpsteinBarr namun dapat pula karena mikroplasma, klamidia dan berbagai jenis jamur, protozoa dan parasit lain.
C. Pathofisiologi Meningitis
Organisme meningitis bakterial memasuki meninges secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau cedera tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan cerebrospinalis. Pada umumnya Infeksi mencapai otak melalui peredaran darah ( hematogen ).
Pada meningitis aseptik, virus menyebar ke otak dan jaringan sekitar melalui cairan tulang belakang setelah terlebih dahulu meninges terinfeksi. Otitis media, sinuitis dan saluran pernafasan dapat menjadi tahap awal dari infeksi. Defisiensi imun meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit.
Keterlambatan penderita di bawa ke RS merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi dari meningitis yang biasanya mengarahkan anak pada kondisi kejang, kelumpuhan, dehidrasi dan koma akibat terjadinya thrombosis pada pembuluh darah di otak. Keadaan koma akan lebih memperparah kondisi fisik pasien terutama dalam masalah asupan gizi yang tidak dapat diberikan secara peroral, tubuh menjadi makin lemah, daya tahan menurun, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi tidak ada. Kebutuhan cairan tubuh tak terpenuhi untuk mendukung therapi hydrasi Introvena yang biasanya hanya memenuhi setengah dari kebutuhan cairan pada pasien per hari.
D. Gambaran klinis Meningitis
Keadaan yang sering dijumpai pada pasien meningitis antara lain :
1. Letargi 7. Sering menangis
2. Iritabilitas 8. Peningkatan tekanan Intrakranial
3. Pucat 9. Peningkatan Lingkar Kepala
4. Anoreksia 10. Fontanel menonjol
5. Kurang makan 11. Syok
6. Mual dan muntah 12. Kejang
E. Mengidentifikasi masalah gizi pada pasien meningitis
Pasien meningitis dengan kesadaran menurun cenderung mengalami gangguan asupan gizi, karena secara otomatis Intrake peroral yang dibutuhkan untuk mendukung therapi hydrasi yang terbatas untuk mencegah komplikasi oedeem cerebi, menjadi berkurang, selain untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pasien. Untuk ini biasanya dokter menganjurkan untuk pemasangan Nasogastric tube / maagslang dan pemberian diit cair guna mengatasi hal tersebut.
Dalam menentukan jumlah dan jenis diet cair yang akan diberikan pada pasien, seorang dokter anak harus memperhitungkan ; kebutuhan cairan / hr berdasarkan umur – BB pasien, status gizi saat pasien dirawat, kondisi dan fisik pasien. Disini seorang dokter anak akan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu menyusun komposisi gizi yang terkandung dari makanan cair sesuai standar gizi berdasarkan umur dan BB pasien.
Misal : Pada anak usia 1 tahun BB normal : 7,5 – 8,9 kg
kebutuhan cairan per hari : 120 – 135 ml / kg BB / hari atau sekitar ± 900 – 1000 ml / hari
Bila pada saat pemeriksaan fisik didapatkan BB pasien tidak sesuai dengan umur pasien, maka akan ditentukan diet cair jenis TKTP.
Seorang ahli gizi kemudian akan menentukan komposisi kalori dan protein dalam diet cair tersebut berdasarkan umur dan BB untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein pasien / hari.
Misal : untuk usia 1 tahun dengan BB normal 7,5 – 8,9 kg
Kebutuhan kalori / kg 1 hari = 105 kal atau 900 kalori / hari
dan protein 2,5 gr / kg / hari atau 22 gram / hari
Makanan akan dibuat dalam bentuk cairan kental yang dibuat dengan susu atau tanpa susu. Menurut kebutuhan pasien dapat diberikan cairan antara 1000 – 2000 ml dimana makanan cair standar mengandung 1000 kilokalori tiap 1000 ml, yang dapat diberikan dalam porsi kecil dan sering (6 – 8 kali sehari ).
Pada pasien meningitis, sebenarnya tidak memerlukan diet cair khusus bila tidak didapati kondisi malnutrisi atau status gizi buruk. Biasanya diet TKTP menjadi pilihan utama untuk kasus-kasus penyakit Infeksi akut seperti meningitis guna meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan Infeksi di samping obat-obatan supportif yang diberikan dokter. Bila dengan cara ini belum bisa membantu asupan gizi pasien meningitis, maka dokter akan memutuskan untuk memberikan Nutrisi Parentral seperti Amiparen dan Iriparen yang diindikasikan pada pasien dengan infeksi berat dengan gizi buruk untuk memenuhi suplai air, elektorlit dan kalori melalui vena.
Cara mengidentifikasi berhasil tidaknya pemberian manakan cair melalui sonde ( dapat dicerna baik atau tidak ) adalah dengan melihat residu yang keluar dari NGT pada saat kita menarik keluar dengan menggunakan spuit. Bila cairan yang keluar sama seperti jumlah cairan yang kita amasukkan setelah 2 jam pemberian sonde maka bisa dipastikan makanan cair tidak bisa dicerna dengan baik, namun bila residu tidak lebih dari 50% dari diit cair yang masuk berarti diit cair masih bisa ditolerir oleh sal. pencernaan. Pemberian Nutrisi parentral merupakan alternatif terakhir yang akan dianjurkan oleh dokter.
F. Metode pemasangan dan pemberian sonde
a) Pengertian :
Memasukkan slang penduga lambung ( NGT ) ke dalam lambung melalui hidung / mulut.
b) Tujuan :
( 1 ) Memenuhi kebutuhan nutrisi
( 2 ) Memenuhi kebutuhan obat
c) Indikasi :
1) Anak yang tidak dapat menelan, tidak sadar, muntah terus-menerus tidak mau makan dalam jangka waktu lebih dari 1 hari
2) Anak yang tidak boleh makan melalui mulut
d) Persiapan :
1) alat
(a) NGT dengan ukuran sesuai kebutuhan
(b) Corong / spuit 10 – 20 cc
(c) Lap makan
(d) Bengkok
(e) Plester dan gunting
(f) Makanan cair yang hangat sesuai kebutuhan
(g) Air putih matang
(h) Obat yang telah dicairkan
(i) STETOSKOP
2) Persiapan pasien
Melakukan pendekatan pada keluarga dengan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
e) Pelaksanaan :
1. Anak diatur dalam posisi semifowler, pada keadaan gelisah, anak harus diikat, jika bayi di bedong.
2. Lap makan dipasang di atas dada, bengkok disamping pipi
3. Bersihkan Lubang hidung
4. Ukur panjang NGT dari epigastrium sampai pertengahan dahi, beri tanda
5. Ujung selang basahi dengan air / jelly, pangkal slang dilipat dengan tangan kiri
6. Masukkan ujung slang melalui hidung secara perlahan-lahan sambil perhatikan KU anak sampai batas yang diberi tanda
7. Memeriksa apakah slang betul-betul masuk lambung dengan cara :
a) Menghisap cairan lambung dengan spuit.
b) Memasukkan udara ke dalam lambung 2 – 3 cc dengan spuit sambil didengarkan dengan stetoskop, bila terdengar bunyi letupan, berarti posisi slang sudah tepat
8. Udara diisap kembali
9. Corong / spuit dipasang pangkal slang
10. Tuangkan sedikit air putih matang ( pada bayi 2 – 5 cc ) disusul dengan makanan cair melalui pinggir corong
11. Bila makanan cair sudah habis, tuangkan lagi air matang
12. Bila slang NGT dipasang menetap, pangkal slang ditutup / diikat kemudian difiksasi ke dahi
13. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
14. Catat macam dan jumlah makanan cair yang diberikan dan reaksinya pada lembar catatan perawatan
15. Observasi keadaan umum selanjutnya
Perhatian :
a) Selang makanan polyetheline steril dapat dipasang sampai 3 – 4 hari
b) Pada bayi dapat digunakan NGT no. 8 dan anak no. 12 / 14
c) Memberikan obat sebaiknya dilakukan sebelum atau sesudah 1 – 2 jam pemberian makanan cair agar absorbsi obat sempurna
d) Obat lebih dianjurkan dalam bentuk suspensi untuk menghindari selang macet
e) Cabut segera selang sonde bila didapatkan kejang, tunda pemasangan, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian sedativa atau bila pasien tampak cianosis
f) Corong tidak boleh dalam keadaan kosong selama pemberian sonde untuk menghindari udara masuk lambung yang dapat berakibat kembung pada pasien
g) Periksa residu makanan pada selang NGT sebelum memberikan sonde / makanan cair untuk dapat mengetahui apakah lambung dapat bekerja maksimal mencerna makanan
G. Jenis Diet Makanan
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa pada dasarnya tidak ada diet khusus untuk pasien meningitis namun umumnya diit TKTP untuk memenuhi kebuthan kalori dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh merupakan diit yang tepat terutama pada kasus- kasus penyakit infeksi akut termasuk meningitis. Nutrisi parentral merupakan alternatif terakhir bila dinilai dari makanan cair tidak mampu kebutuhan nutrisi enteral pasien
Tabel 2.9 Bahan Makanan yang Boleh Diberikan
Sumber Energi
Sumber Zat Pembangun
Sumber Zat Pengatur
|
Maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung sagu, hunkwe, tepung kanji, gula, margarin, minyak kelapa, dan minyak kacang.
Susu sapi, sari dele, telur dicampur dalam makanan, bubur kacang hijau saring.
Sari buah dari jeruk, tomat, pepaya, sirsak, apel, sari sayur dari bayam, labu kuning, dan wortel.
|
Cara memesan makanan : Makanan cair (MC) dengan atau tanpa susu
….. kkal…. X …. ml/hari
|
Tabel 2.10 Bahan Makanan yang Diberikan Sehari : Makanan Cair Tanpa Susu
Kkal
Bahan makanan
|
1000
|
2000
|
urt g
|
urt g
| |
tepung beras
telur
kacang hijau
wortel
air jeruk
gula pasir
minyak kacang
|
11/2 sdm 10
1 btr 60
10 sdm 100
1/2 gls 50
1/4 gls 50
10 sdm 100
1 sdm 10
|
3 sdm 20
2 btr 120
20 sdm 200
1 gls 100
1/2 gls 100
20 sdm 200
2 sdm 20
|
Jumlah isi
|
5 gls 1000 ml
|
10 gls 2000 ml
|
Nilai Gizi
| ||
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Hidrat arang (g)
Kalsium (g)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Natrium (mg)
Kalium (mg)
|
1000
32
18
172
1.9
9
6777
0.9
34
137
1441
|
2000
63
37
344
3.9
19
13555
1.8
67
274
2883
|
H. Mengatasi masalah / komplikasi pada pasien dengan pemasangan NGT
Ada banyak kendala yang mungkin timbul selama tindakan pemasangan NGT dan pemasangan secara permanen NGT pada bayi dan anak.
a) Pasien Cyanosis :
Cabut segera sonde / NGT, periksa jalan nafas pasien, bila terdapat sumbatan seperti misalnya akumulasi lendir, pasang mounth tube sesuai ukuran anak,lakukan isap lendir
b) Pasien batuk-batuk dan tercekik :
Cabut segera NGT, periksa kembali apakah teknik pemasangan NGT sudah tepat, apakah NGT masuk ke saluran pencernaan atau saluran pernafasan.
c) Pasien kejang (meningitis) :
Hentikan tindakan, atasi kejang pasien terlebih dahulu, pasang mount tube untuk menghindari lidah pasien jatuh kebelakang
d) Selang tersumbat :
Biasanya karena slang kurang dibilas secara teratur atau karena bubuk obat, bilas dengan air hangat ± 50 ml pindah posisi pasien, ganti obat bubuk dengan suspensi / syirop, atau ganti NGT bila semua cara tidak berhasil
e) Dhiare :
Biasanya karena selang tidak biasa dibilas setelah manakan masuk , pemberian bolus terlalu banyak, lebih dari 250 cc, pemberian dan dan penyiapan makanan kuranf hygienis cara mengatasinya. Lakukan bilas selang secara teratur sebelum dan sesudah diit cair masuk, ganti posisi lebih kecil (max 200 ml). Cek prosedur menyangkut masalah cuci tangan, peralatan yang bersih dan steril dan ganti formula / diit cair dengan yang baru dengan pembuatan yang lebih bersih. Ganti alat (NGT) bila memang sudah lebih dari 4 hari
f) Mual dan muntah :
Biasanya karena terlalu besar volume pemberian , cara me ngatasi : turunkan volume pemberian max 200 ml, cek terlebih dahulu apakah ada residu sebelum pemberian diit cair
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz L dan Sowden A Linda 1999, keperawatan pedaitri, Penerbit buku kedokteran ECC, Jakarta. Halaman 316-321
2. Bagbei Laily 1990, Infectectious Diseases, Nelson Essentials of Pediatric, halaman 284-308
3. Nutricia 1999, Petunjuk Praktis Pemberian sonde, Nutricia halaman, 12-18
4. Jelliffe D. B. 1989, Penyakit Anak dan Cara Mencegahnya, hal : 56-57, hal :141-150
5. Persatuan Ahli Gizi Indonesia 1990, Penuntun Diit Pada Anak, Gramedia, Jakarta, halaman
6. PT. Otsuka Indonesia 2000, Pedoman Cairan Infus Otsuka Indonesia, jakarta halaman 26-27, 41, 61,
7. Tim Departemen RI 1991, Prosedur pearawatn anak di Rumah Sakit, Direktorat Yaitu Med Departemen RI (1991), jakarta halaman 104-108
8. Website, http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/coach.asp
0 Response to "gizi pada pasien meningitis"