Konsep Dasar Hepatoma
Menurut Shirley (2003 : hlm 130) tipe kanker primer dari hari meliputi hepatoma atau karsinoma hepatoseluler, karsinoma saluran empedu intrahepatik atau kolangiokarsinoma, dan tipe campuran.
Berikut ini akan dibahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorium, penatalaksanaan dan komplikasi Hepatoma.
1. Pengertian
Hepatoma adalah kanker hati primer dapat timbul dari hepatosit (sel hati), jaringan penyambung, pembuluh darah, empedu. (Ester, 2002 : hlm 137).
Hepatoma atau Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit. (Sudoyo, 2007 : hlm 455).
Hepatoma merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga struktur jaringan hati berubah bentuk jadi sel-sel ganas. (http://www.koleksiskripsi.com diambil tanggal 08-07-2011).
2. Etiologi
Menurut (Sudoyo, 2007 : hlm 456) faktor etiologi yang berperan sebagai pemicu terjadinya hepatoma adalah:
a. Penderita sirosis hepatis dan infeksi virus hepatits B dan C, infeksi akut virus hepatitis B dan C dapat menjadi kronik dan berkembang menjadi sirosis hepatis. Hepatitis kronik dan sirosis hepatis merupakan onkogenik bagi sel hati sehingga dapat berubah menjadi ganas.
b. Alkohol, meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum alkohol berat (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) beresiko untuk menderita hepatoma melalui sirosis hati alkoholik yang berlanjut menjadi hepatoma.
c. Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur aspergillus. Dari percobaan binatang AFB1 bersifat karsinogen. Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3 epoksit merupakan karsinogen utama dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanisme hepatokarsinoenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.
d. Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis dan kemudian dapat berlanjut menjadi hepatoma.
e. Diabetes Melitus merupakan faktor resiko baik untuk penyakit hati kronik maupun hepatoma melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik (NASH). Disamping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin like growt factor (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.
Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 297) etiologi dari faktor resiko kanker hati yaitu:
a. Usia dan jenis kelamin dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan malignasi kanker hati, terjadi lebih sering pada pria dibanding wanita, terdiagnosa sekitar sekitar usia 60-70 tahun.
b. Sirosis hepatis yang diakibatkan oleh alkoholisme.
c. Virus hepatitis B.
d. Aflatoksin dari jamur aspergilus plavus adalah karsinogenik dalam model-model percobaan binatang. Hal ini diperkirakan bahwa konsumsi berulang makanan yang terkontaminasi aflatoksin menyebabkan tumor hepar maligna pada manusia.
e. Infeksi paralitik juga diperkirakan mempengaruhi berkembangnya penyakit kanker hati.
f. Tarpajan oleh bahan kimia seperti, vinil klorida, arsenik atau pestisida dapat meningkatkan resiko kanker hati.
4. Manifestasi klinis
Menurut Iin Inayah (2001 : hal 104) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:
a. Malaise, anoreksia, berat badan menurun, perut terasa penuh, nyeri epigastrium, hati membesar, berbenjol-benjol, asites.
b. Demam, lemah, nyeri perut kanan karena nekrosis sentral tumor atau perdarahan.
c. Abdomen akut: tiba-tiba nyeri perut hebat dan mual muntah, tekanan darah menurun sehingga terjadi renjatan.
d. Ikterus.
Menurut Shirley (2003 : hlm 130) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:
a. Nyeri terjadi karena tumor tumbuh menembus kapsula hati, massa pada abdomen, hepatomegali. Lemah, letih, malaise, kehilangan berat badan, dan demam.
b. Asites atau oedema disebabkan oleh pembendungan vena porta akibat sirosisnya.
c. Pada stadium lanjut nafsu makan berkurang dan dapat muncul ikterus karena (penyakit kuning) akibat bendungan pada saluran empedu.
Menurut Suratun (2010 : hlm 298) gejala primer yang paling umum pada kanker hati yaitu:
a. Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri ini seringkali terus menerus, mengganggu tidur, dan bertambah sakit saat posisis tidur miring ke kanan, dan bahkan menyebar sampai ke skapula kanan.
b. Terjadi penurunan berat badan.
c. Rasa penuh pada epigastrik, anorksia, mual, muntah, diare, dan perdarahan gastrointestinal.
d. Tes fungsi hepar meningkat ikterus, asites, teraba massa pada hepar, hepatomegali, demam, keletihan, malaise.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Suratun (2010 : hlm 298) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita hepatoma yaitu:
a. Pemeriksaan radiologi yang meliputi sinar X dan dada serta Ultrasonografi dapat menunjukkan adanya massa.
b. Scan CT dengan zat kontras dapat membantu dokter dalam menentukan apakah ada lesi-lesi benigna atau maligna.
c. Angiografi dapat memperlihatkan pembuluh darah yang terkena sebelum pembedahan.
d. Biopsi dengan jarum tidak direkomendasikan jika reseksi pembedahan masih mungkin untuk dilakukan karena hal ini diperkirakan bahwa tumor tersebut kemungkinan akan mengalir ke rongga abdomen. Jika Biopsi dengan jarum dilakukan, perdarahan merupakan komplikasi yang sangat mungkin terjadi berhubungan dengan resiko peningkatan perdarahan dengan penurunan fungsi hepar.
e. Pemeriksaan laboratorium meliputi beberapa pemeriksaan yaitu:
1) Alfa-fetoprotein (AFP) meningkat pada klien dengan karsinoma hepatoseluler dan biasanya tidak ada peningkatan pada klien dengan kolagiokarsinoma atau kanker hepar metastatik.
2) Antigen karsinoembrionik (CEA) dapat meningkat pada klien karsinoma gastrointestinal dan adenokarsinoma lain yang metastase ke hepar terutama kanker kolorektal dan karsinoma hepatoseluler.
3) Tes fungsi hati liver (LTF) yang meliputi transminase bukan untuk mendiagnosa kanker tetapi peningkatannya kemungkinan dapat menindikasikan terjadinya masalah hepar.
6. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Penatalaksanaan terhadap pasien Hepatoma terdiri dari pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi. (Suratun, 2010 : 300).
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien kanker hati. sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria untuk reseksi hati. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral maupun insisi torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat teknik reseksi yang diketahui yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi dan segmentektomi lateral, segmen-segmen lateral meliputi pengangkatan bagian luar lobus kiri. Trisegmentektomi adalah pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus kiri.
b. Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi oleh hati melalui arteri hepatik. ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi meminimalisir efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila dan femoralis. Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi intraarterial adalah flukoridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
c. Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor radiosensitif, pengguna terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relatif parenkim normal. Semua hati yang akan mentoleransi 3000 cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan.
Menurut Ester (2002 : hlm 140) ada beberapa penatalaksanaan yang menggunakan pendekatan keperawatan yaitu:
a. Dalam persiapan untuk pembedahan, status nutrisi, cairan, fisik umum dikaji dan upaya dilakukan untuk menjamin kondisi fisik seoptimal mungkin.
b. Berikan penjelasan agar pasien menyiapkan diri secara psikologis terhadap pembedahan, pemeriksaan diagnostik yang panjang dan melelahkan mungkin dilakukan, perlu dilakukan persiapan usus dengan menggunakan katartik, irigasi kolon dan antibiotik usus untuk meminimalkan kemungkinan akumulasi amonium dan mengantisipasi kemungkinan insisi usus.
c. Pada pascaoperasi terdapat masalah potensial yang berhubungan dengan keterlibatan kardiopulmonal, kapiler vaskuler, dan disfungsi pernafasan dan hati, abnormalitas metabolik memerlukan perhatian cermat. Infus konstan dengan glukosa 10% diperlukan dalam 48 jam pertama untuk mencegah cetusan penurunan gula darah, yang diakibatkan oleh penurunan glukoneogenesis. Sintesis protein dan metabolisme lemak juga berubah, sehingga memerlukan penginfusan albumin.
d. Pasien memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta perawatan selama 2 atau 3 hari pertama. Ambulasi dini dianjurkan.
Adapun pencegahan terhadap penyakit klien agar tidak mengalami Hepatoma yaitu:
a. Pencegahan untuk penyakit Hepatitis B dan C.
b. Hindari Mengkonsumsi alkohol.
c. Hindari makanan yang mengandung aflatoksin.
7. Komplikasi
Komplikasi Hepatoma paling sering adalah perdarahan varises esofagus, koma hepatik, koma hipoglikemi, ruptur tumor, infeksi sekunder, metastase ke organ lain. (Sjamsuhidajat, 2000 : hlm 796).
Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 301) komplikasi dari kanker hati adalah:
a. Perdarahan berhubungan dengan perubahan pada faktor pembekuan .
b. Fistulabiliaris.
c. Infeksi pada luka operasi.
d. Masalah pulmonal.
e. Anoreksia dan diare merupakan efek yang merugikan dari pemakaian agens kemoterapi yang spesifik 5-FU dan FUDR.
f. Ikterik dan asites jika penyakit sudah pada tahap lanjut.
Asuhan Keperawatan pada Klien Hepatoma
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Hepatoma, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan teoritis. Teori dan konsep diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan-tahapan yang terintegrasi dan terorganisir yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma menurut Suratun (2010) sebagai berikut:
a. Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak dalam sehari dan sudah berapa lama.
c. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi hati.
d. Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati, perdarahan gastrointestinal.
e. Kaji adanya ketidaknyamanan; nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas dan menyebar ke skapula.
f. Kaji status nutrisi klien; anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, ikterik.
g. Kaji kebutuhan cairan; klien mengalami muntah, kulit kering, turgor kulit buruk, diare, dan terjadi asite.
h. Kaji eliminasi klien; klien sering mengalami diare.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Suratun (2010), diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan (Hepatoma) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, asites sehingga mudah kenyang.
1) Hasil yang diharapkan
a) Menunjukkan peningkatan berat badan yang progresif.
b) Berat badan tidak turun
c) Tidak mengalami malnutrisi lebih lanjut
d) Makan habis satu porsi
2) Tindakan intervensi
a) Ukur masukan makanan dengan jumlah kalori.
b) Timbang berat badan sesuai program.
c) Bantu dan anjurkan klien untuk makan.
d) Anjurkan klien untuk makan-makanan tambahan yang telah diprogramkan.
e) Berikan makanan sedikit tapi sering.
f) Batasi makanan yang menghasilkan gas, berbumbu, terlalu panas/dingin.
g) Berikan makanan yang halus.
h) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
i) Obsrvasi hasil pemeriksaan laboratorium; glukosa serum, albumin, total protein.
j) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.
k) Berikan obat vitamin sesuai program.
l) Berikan obat antiemetik sesuai program.
m) Berikan obat enzim pencernaan sesuai program
b. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat adanya massa pada hepar.
1) Hasil yang diharapkan
a) Nyeri hilang atau terkontrol.
b) Ekspresi wajah klien rileks.
c) Klien istirahat dengan cukup.
2) Tindakan intervensi
a) Kaji riwayat nyeri: lokasi, frekuensi, durasi dan intensitas skala (0-10).
b) Jelaskan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan, dari program yang diberikan: pembedahan, radiasi, kemoterapi.
c) Berikan tindakan kenyamanan dasar, misalnya reposisi, gosok punggung, dan aktivitas hiburan misalnya baca, dengar lagu.
d) Anjurkan menggunakan keterampilan manajemen nyeri, (teknik relaksasi).
e) Jelaskan kepada klien agar menghindari makanan yang terlalu panas/dingin atau makanan yang pedas.
f) Atur posisi semifowler/ bagian kepala tempat tidur lebih tinggi 10-20 cm.
g) Berikan analgesik sesuai program pengobatan.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi misalnya penurunan protein plasma, malnutrisi, kelebihan natrium/masukan cairan.
1) Hasil yang diharapkan
a) Menunjukkan volume cairan stabil.
b) keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.
c) Berat badan stabil.
d) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
e) Tidak terdapat edema.
2) Tindakan intervensi
a) Monitor masukan dan pengeluaran cairan.
b) Timbang berat badan setiap hari dan catat lebih dari 0,5 kg/hari.
c) Monitor tanda-tanda vital.
d) Kaji derajat edema perifer/ edema dependen.
e) Ukur lingkar abdomen.
f) Anjurkan klien tirah baring jika asites telah ada.
g) Berikan perawatan mulut.
h) Monitor albumin serum dan elektrolit.
i) Batasi natrium dan cairan sesuai program.
j) Berikan albumin bebas garam/plasma ekspander sesuai program.
k) Berikan kalium sesuai program.
Menurut Shirley (2003 : hlm 130) tipe kanker primer dari hari meliputi hepatoma atau karsinoma hepatoseluler, karsinoma saluran empedu intrahepatik atau kolangiokarsinoma, dan tipe campuran.
Berikut ini akan dibahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorium, penatalaksanaan dan komplikasi Hepatoma.
1. Pengertian
Hepatoma adalah kanker hati primer dapat timbul dari hepatosit (sel hati), jaringan penyambung, pembuluh darah, empedu. (Ester, 2002 : hlm 137).
Hepatoma atau Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit. (Sudoyo, 2007 : hlm 455).
Hepatoma merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga struktur jaringan hati berubah bentuk jadi sel-sel ganas. (http://www.koleksiskripsi.com diambil tanggal 08-07-2011).
2. Etiologi
Menurut (Sudoyo, 2007 : hlm 456) faktor etiologi yang berperan sebagai pemicu terjadinya hepatoma adalah:
a. Penderita sirosis hepatis dan infeksi virus hepatits B dan C, infeksi akut virus hepatitis B dan C dapat menjadi kronik dan berkembang menjadi sirosis hepatis. Hepatitis kronik dan sirosis hepatis merupakan onkogenik bagi sel hati sehingga dapat berubah menjadi ganas.
b. Alkohol, meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum alkohol berat (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) beresiko untuk menderita hepatoma melalui sirosis hati alkoholik yang berlanjut menjadi hepatoma.
c. Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur aspergillus. Dari percobaan binatang AFB1 bersifat karsinogen. Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3 epoksit merupakan karsinogen utama dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanisme hepatokarsinoenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.
d. Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis dan kemudian dapat berlanjut menjadi hepatoma.
e. Diabetes Melitus merupakan faktor resiko baik untuk penyakit hati kronik maupun hepatoma melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik (NASH). Disamping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin like growt factor (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.
Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 297) etiologi dari faktor resiko kanker hati yaitu:
a. Usia dan jenis kelamin dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan malignasi kanker hati, terjadi lebih sering pada pria dibanding wanita, terdiagnosa sekitar sekitar usia 60-70 tahun.
b. Sirosis hepatis yang diakibatkan oleh alkoholisme.
c. Virus hepatitis B.
d. Aflatoksin dari jamur aspergilus plavus adalah karsinogenik dalam model-model percobaan binatang. Hal ini diperkirakan bahwa konsumsi berulang makanan yang terkontaminasi aflatoksin menyebabkan tumor hepar maligna pada manusia.
e. Infeksi paralitik juga diperkirakan mempengaruhi berkembangnya penyakit kanker hati.
f. Tarpajan oleh bahan kimia seperti, vinil klorida, arsenik atau pestisida dapat meningkatkan resiko kanker hati.
4. Manifestasi klinis
Menurut Iin Inayah (2001 : hal 104) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:
a. Malaise, anoreksia, berat badan menurun, perut terasa penuh, nyeri epigastrium, hati membesar, berbenjol-benjol, asites.
b. Demam, lemah, nyeri perut kanan karena nekrosis sentral tumor atau perdarahan.
c. Abdomen akut: tiba-tiba nyeri perut hebat dan mual muntah, tekanan darah menurun sehingga terjadi renjatan.
d. Ikterus.
Menurut Shirley (2003 : hlm 130) gambaran klinis dari hepatoma yaitu:
a. Nyeri terjadi karena tumor tumbuh menembus kapsula hati, massa pada abdomen, hepatomegali. Lemah, letih, malaise, kehilangan berat badan, dan demam.
b. Asites atau oedema disebabkan oleh pembendungan vena porta akibat sirosisnya.
c. Pada stadium lanjut nafsu makan berkurang dan dapat muncul ikterus karena (penyakit kuning) akibat bendungan pada saluran empedu.
Menurut Suratun (2010 : hlm 298) gejala primer yang paling umum pada kanker hati yaitu:
a. Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri ini seringkali terus menerus, mengganggu tidur, dan bertambah sakit saat posisis tidur miring ke kanan, dan bahkan menyebar sampai ke skapula kanan.
b. Terjadi penurunan berat badan.
c. Rasa penuh pada epigastrik, anorksia, mual, muntah, diare, dan perdarahan gastrointestinal.
d. Tes fungsi hepar meningkat ikterus, asites, teraba massa pada hepar, hepatomegali, demam, keletihan, malaise.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Suratun (2010 : hlm 298) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita hepatoma yaitu:
a. Pemeriksaan radiologi yang meliputi sinar X dan dada serta Ultrasonografi dapat menunjukkan adanya massa.
b. Scan CT dengan zat kontras dapat membantu dokter dalam menentukan apakah ada lesi-lesi benigna atau maligna.
c. Angiografi dapat memperlihatkan pembuluh darah yang terkena sebelum pembedahan.
d. Biopsi dengan jarum tidak direkomendasikan jika reseksi pembedahan masih mungkin untuk dilakukan karena hal ini diperkirakan bahwa tumor tersebut kemungkinan akan mengalir ke rongga abdomen. Jika Biopsi dengan jarum dilakukan, perdarahan merupakan komplikasi yang sangat mungkin terjadi berhubungan dengan resiko peningkatan perdarahan dengan penurunan fungsi hepar.
e. Pemeriksaan laboratorium meliputi beberapa pemeriksaan yaitu:
1) Alfa-fetoprotein (AFP) meningkat pada klien dengan karsinoma hepatoseluler dan biasanya tidak ada peningkatan pada klien dengan kolagiokarsinoma atau kanker hepar metastatik.
2) Antigen karsinoembrionik (CEA) dapat meningkat pada klien karsinoma gastrointestinal dan adenokarsinoma lain yang metastase ke hepar terutama kanker kolorektal dan karsinoma hepatoseluler.
3) Tes fungsi hati liver (LTF) yang meliputi transminase bukan untuk mendiagnosa kanker tetapi peningkatannya kemungkinan dapat menindikasikan terjadinya masalah hepar.
6. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Penatalaksanaan terhadap pasien Hepatoma terdiri dari pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi. (Suratun, 2010 : 300).
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien kanker hati. sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria untuk reseksi hati. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral maupun insisi torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat teknik reseksi yang diketahui yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi dan segmentektomi lateral, segmen-segmen lateral meliputi pengangkatan bagian luar lobus kiri. Trisegmentektomi adalah pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus kiri.
b. Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi oleh hati melalui arteri hepatik. ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi meminimalisir efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila dan femoralis. Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi intraarterial adalah flukoridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
c. Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor radiosensitif, pengguna terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relatif parenkim normal. Semua hati yang akan mentoleransi 3000 cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan.
Menurut Ester (2002 : hlm 140) ada beberapa penatalaksanaan yang menggunakan pendekatan keperawatan yaitu:
a. Dalam persiapan untuk pembedahan, status nutrisi, cairan, fisik umum dikaji dan upaya dilakukan untuk menjamin kondisi fisik seoptimal mungkin.
b. Berikan penjelasan agar pasien menyiapkan diri secara psikologis terhadap pembedahan, pemeriksaan diagnostik yang panjang dan melelahkan mungkin dilakukan, perlu dilakukan persiapan usus dengan menggunakan katartik, irigasi kolon dan antibiotik usus untuk meminimalkan kemungkinan akumulasi amonium dan mengantisipasi kemungkinan insisi usus.
c. Pada pascaoperasi terdapat masalah potensial yang berhubungan dengan keterlibatan kardiopulmonal, kapiler vaskuler, dan disfungsi pernafasan dan hati, abnormalitas metabolik memerlukan perhatian cermat. Infus konstan dengan glukosa 10% diperlukan dalam 48 jam pertama untuk mencegah cetusan penurunan gula darah, yang diakibatkan oleh penurunan glukoneogenesis. Sintesis protein dan metabolisme lemak juga berubah, sehingga memerlukan penginfusan albumin.
d. Pasien memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta perawatan selama 2 atau 3 hari pertama. Ambulasi dini dianjurkan.
Adapun pencegahan terhadap penyakit klien agar tidak mengalami Hepatoma yaitu:
a. Pencegahan untuk penyakit Hepatitis B dan C.
b. Hindari Mengkonsumsi alkohol.
c. Hindari makanan yang mengandung aflatoksin.
7. Komplikasi
Komplikasi Hepatoma paling sering adalah perdarahan varises esofagus, koma hepatik, koma hipoglikemi, ruptur tumor, infeksi sekunder, metastase ke organ lain. (Sjamsuhidajat, 2000 : hlm 796).
Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 301) komplikasi dari kanker hati adalah:
a. Perdarahan berhubungan dengan perubahan pada faktor pembekuan .
b. Fistulabiliaris.
c. Infeksi pada luka operasi.
d. Masalah pulmonal.
e. Anoreksia dan diare merupakan efek yang merugikan dari pemakaian agens kemoterapi yang spesifik 5-FU dan FUDR.
f. Ikterik dan asites jika penyakit sudah pada tahap lanjut.
Asuhan Keperawatan pada Klien Hepatoma
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Hepatoma, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan teoritis. Teori dan konsep diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan-tahapan yang terintegrasi dan terorganisir yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma menurut Suratun (2010) sebagai berikut:
a. Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak dalam sehari dan sudah berapa lama.
c. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi hati.
d. Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati, perdarahan gastrointestinal.
e. Kaji adanya ketidaknyamanan; nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas dan menyebar ke skapula.
f. Kaji status nutrisi klien; anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, ikterik.
g. Kaji kebutuhan cairan; klien mengalami muntah, kulit kering, turgor kulit buruk, diare, dan terjadi asite.
h. Kaji eliminasi klien; klien sering mengalami diare.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Suratun (2010), diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan (Hepatoma) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, asites sehingga mudah kenyang.
1) Hasil yang diharapkan
a) Menunjukkan peningkatan berat badan yang progresif.
b) Berat badan tidak turun
c) Tidak mengalami malnutrisi lebih lanjut
d) Makan habis satu porsi
2) Tindakan intervensi
a) Ukur masukan makanan dengan jumlah kalori.
b) Timbang berat badan sesuai program.
c) Bantu dan anjurkan klien untuk makan.
d) Anjurkan klien untuk makan-makanan tambahan yang telah diprogramkan.
e) Berikan makanan sedikit tapi sering.
f) Batasi makanan yang menghasilkan gas, berbumbu, terlalu panas/dingin.
g) Berikan makanan yang halus.
h) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
i) Obsrvasi hasil pemeriksaan laboratorium; glukosa serum, albumin, total protein.
j) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.
k) Berikan obat vitamin sesuai program.
l) Berikan obat antiemetik sesuai program.
m) Berikan obat enzim pencernaan sesuai program
b. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat adanya massa pada hepar.
1) Hasil yang diharapkan
a) Nyeri hilang atau terkontrol.
b) Ekspresi wajah klien rileks.
c) Klien istirahat dengan cukup.
2) Tindakan intervensi
a) Kaji riwayat nyeri: lokasi, frekuensi, durasi dan intensitas skala (0-10).
b) Jelaskan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan, dari program yang diberikan: pembedahan, radiasi, kemoterapi.
c) Berikan tindakan kenyamanan dasar, misalnya reposisi, gosok punggung, dan aktivitas hiburan misalnya baca, dengar lagu.
d) Anjurkan menggunakan keterampilan manajemen nyeri, (teknik relaksasi).
e) Jelaskan kepada klien agar menghindari makanan yang terlalu panas/dingin atau makanan yang pedas.
f) Atur posisi semifowler/ bagian kepala tempat tidur lebih tinggi 10-20 cm.
g) Berikan analgesik sesuai program pengobatan.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi misalnya penurunan protein plasma, malnutrisi, kelebihan natrium/masukan cairan.
1) Hasil yang diharapkan
a) Menunjukkan volume cairan stabil.
b) keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.
c) Berat badan stabil.
d) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
e) Tidak terdapat edema.
2) Tindakan intervensi
a) Monitor masukan dan pengeluaran cairan.
b) Timbang berat badan setiap hari dan catat lebih dari 0,5 kg/hari.
c) Monitor tanda-tanda vital.
d) Kaji derajat edema perifer/ edema dependen.
e) Ukur lingkar abdomen.
f) Anjurkan klien tirah baring jika asites telah ada.
g) Berikan perawatan mulut.
h) Monitor albumin serum dan elektrolit.
i) Batasi natrium dan cairan sesuai program.
j) Berikan albumin bebas garam/plasma ekspander sesuai program.
k) Berikan kalium sesuai program.
0 Response to "asuhan keperawatan HEPATOMA"