1. Pengertian
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih (Bruner & Suddarth, 1997)
Katarak setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, dematurasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. (Mansjoer, 2000)
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa (Corwin, 2009).
2. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis antara lain: pada zona sentral terdapatnukleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan.Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan kimia pada protein lensa dapat menyebabkan kuagulasi, sehingga mengkabutkan pandangandan menghambat jalan masuk cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak.(Bruner dan Suddarth, 1997)
3. Etiologi
Sebagian besar katarak, yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan degeneratif yang berhubungan dengan penuaan. Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup dan predisposisi herediter berperan dalam perkembangan katarak senilis (Corwin, 2009).
Katarak juga dapat terjadi pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata, atau pajanan terhadap radiasi atau obat tertentu. Janin yang terpajan virus rubela dapat mengalami katarak. Individu yang mengalami diabetes melitus jangka panjang sering mengalami katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah kemata dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa (Corwin, 2009).
4. Klasifikasi Katarak
Menurut terjadinya katarak dapat di klasifikasikan (http://www.scribd. com/) menjadi :
a. Katarak komplikata
adalah katarak yang timbul pasca infeksi mata.
b. Katarak traumatik
yaitu katarak yang dapat menyerang semua umur, biasanya karena pasca trauma baik tajam maupun tumpul pada mata terutama mengenai lensa.
Sedangkan menurut usia penderita katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Katarak Kongenital
yaitu katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan, umumnya disebabkan karena adanya infeksi, dan kelainan metabolisme pada saat pembentukan janin. Katarak Kongenital yang sering timbul karena infeksi saat ibu mengandung, terutama pada kehamilan 3 bulan pertama.
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
c. Katarak Preseninel
Katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
d. Katarak Senile
yaitu katarak yang timbul setelah umur 40 tahun, proses pasti belum diketahui, diduga karena ketuaan.
5. Manifestasi klinis
Keluhan-keluhan yang sering timbul pada penderita katarak (Mansjoer, 2000) yaitu:
a. Penurunan ketajaman penglihatan.
b. Penglihatan seperti berasap.
c. Pada pemeriksaan fisik terlihat pupil berwarna putih
Sedangkan menurut Bruner & Suddarth (1997) keluhan yang dirasakan yaitu:
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Silau
c. Gangguan fugsional sampai derajat tertentu akibat kehilangan penglihatan.
d. Pandangan kabur atau redup.
e. Distorsi bayangan.
f. Susah melihat dimalam hari
6. Stadium katarak
Pada katarak senil (katarak yang terjadi pada akibat pertambahan usia) dikenal 4 stadium (Mansjoer, 2000) yaitu: stadium awal (insipien), stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur . Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Pada stadium selanjutnya proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
7. Komplikasi
a. Terjadi gangguan penglihatan dapat terjadi jika tidak diobati.
b. Penyulit yg terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5 à ambliopia sensori.
c. Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus
d. bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Keratometri.
b. Pemeriksaan lampu slit.
c. Oftalmoskopis.
d. A-scan ultrasound (echography).
e. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan implantasi.
9. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk penderita katarak dan tidak dapat diambil dengan pembedahan laser. Penatalaksanaan yang biasa dilakukan untuk penderita katarak (Bruner dan Suddarth, 1997) yaitu:
a. Pembedahan, yang terdiri dari
1) Ektraksi Katarak Intrakapsuler yaitu pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2) Ektraksi Katarak Intrakapsuler yaitu pengambiilan kapsula anterior, menekan keluar kapsula lentis dan mengisap sisa pragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat penghisap.
3) Fakoemulsifikasi, cara kerja menggunnakan ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil kemudiian diaspirasi melalui alat yang sama.
4) Kaca mata apakia.
Mampu memberikan pandangan sentral. Namum kaca mata ini membuat benda-benda tampak dekat.
b. Lensa kontak
c. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
d. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan diperbolehkan :
1) Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama.
2) Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi.
3) Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran.
4) Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut.
e. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan kacamata pada siang hari.
f. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak dioperasi, dan tidak boleh telengku.
g. Aktivitas dengan duduk.
h. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan.
i. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
j. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
1) Tidur pada sisi yang sakit
2) Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
3) Mengejan saat defekasi
4) Memakai sabun mendekati mata
5) Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
6) Berhubungan seks
7) Mengendarai kendaraan
8) Batuk, bersin, dan muntah
9) Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien Katarak
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak (putri_rahza, 2010) adalah :
a. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti diabetes mellitus, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
f. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
h. Psikologis : ansietas terhadap rencana pembedahan.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah penglihatan; katarak (Meiner, 2006) adalah sebagai berikut.
a) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kekuatan dan kekeruhan lensa.
b) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan pelaksanaan pra bedah.
c) Defisit pengetahuan; katarak berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit.
d) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan.
e) Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memelihara penampilan.
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang dilakukan pada lansia dengan gangguan penglihatan (katarak) yaitu:
a. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kekuatan dan kekeruhan lensa (Doenges, 2000)
1) Tujuan : perubahan persepsi sensori teratasi.
2) Kriteria hasil : mempertahankan lapang ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
3) Intervensi
a) Tentukan ketajaman penglihatan
Rasional : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda.
b) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dan orang lain dan sekitarnya.
Rasional : memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi.
c) Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, sering berbicar dan dengan sentuhan.
Rasional : memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan mengurangi kebingungan.
d) Perhatikan penglihatan kabur dan iritasai mata, dapat terjadi saat menggunakan tetes mata.
Rasional : gangguan peglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah menggunakan tetes mata tetapi secara bertahap berkurang seiring dengan penggunaan.
e) Ingtkan pasien menggunakan kacamata katarak, yang bertujuan memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang.
Rasional : perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
b. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan pelaksanaan pra bedah (Doenges, 2000)
1) Tujuan : ansietas teratasi.
2) Kriteria hasil : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
3) Intervensi
a) Kaji tingkat ansietas.
Rasional : mempengaruhi persepsi pasien terhadap anacaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi mengontrol TIO.
b) Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional : menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang.
c) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
c. Defisit pengetahuan; katarak berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit (Doenges, 2000)
1) Tujuan : klien mengetahui tentang katarak.
2) Kriteria hasil : menyatakan pemahaman kondisi / poses penyakit dan pengobatan.
3) Intervensi
a) Kaji inforamasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kereja sama dengan program pasca operasi.
b) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
Rasional : pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius.
c) Informasikan pada pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas di pasaran
Rasional : dapat bereaksi/bercampur dengan obat yang lainnya.
d) Diskusikan kemungkina efek/interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien (peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes)
Rasional : penggunaan obat mata topikal dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi, pencetus dispnea pada pasien PPOM, gejala krisis hipoglikemik pada pasien.
e) Siapkan kertas untuk informasi Perawatan dirumah setelah operasi katarak.(Lihat lampiran I, Pendidikan Kesehatan Untuk Klien / Keluarga).
d. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan (Capernito, 2004)
1) Tujuan : injuri tidak terjadi
2) Kriteria hasil : mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko cedera dan mengungkapkan tindakan untuk melakukan tindakan pengamanan
3) Intervensi :
a) Orientasikan pasien baru terhadap lingkungan sekitar
b) Gunakan lampu malam
c) Anjurkan individu untuk meminta bantuan jika malam hari
d) Ajarkan menggunakan kruk, tongkat, walker, prostese.
e) Mintalah teman sekamar jika mampu untuk mengingatkan perawat.
f) Gunakan matras pada lantai
g) Pertimbangkan penggunaan sistem alarm.
h) Dampingi dengan mengajarkan sampai klien dapat mendemonstrasikan sendiri. (Meiner, 2006)
i) Anjurkan individu untuk:
• Menyingkirkan permaidani, sampah, dan lantai yang sangat mengkilap.
• Beri permukaan yang tidak licin pada bak mandi atau pancuran dengan memakai keset.
• Pasang pegangan dikamar mandi
• Pasang penghalang digang dan tangga
• Singkirkan benda-benda yang menonjol (misalnya gantungan mantel, papan rak, peralatan penerangan) dari dinding tangga.
e. Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan untuk memelihara penampilan.(Capernito, 2004)
1) Tujuan : individu berpartisipasi secara fisik dan/atau verbal dalam aktivianitas pemberian makan, mengenakan pakaian, ke kamar mandi, mandi.
2) Kriteria hasil : mengidentifikasi kesukaan terhadap aktivitas perawatan diri dan mendemontrasikan kebersihan optimal.
3) Intervensi :
a) Kaji faktor prnyebab atau yang berperan
b) Tingkat kan parsipasi optimal
c) Tingkat harga diri dan penentuan diri
d) Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan
e) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kurang perawatan diri.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan sejauh mana diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan implementasi sudah berhasil dicapai (Bayne, 1994).
0 Response to "Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien Katarak"