A. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Anatomi fisiologi pernafasan merupakan dasar dari penyakit paru, baik perubahan yang didapai pada hispatologi (hubungan fungsi dengan struktur mikroskop sel dan jaringan) maupun akibatnya pada faal paru. Pernapasan (respirasi) adalah terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan dan terjadi di dalam paru. (Pearce, 2000).
Secara fungsional sistem pernapasan terdiri atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan paru-paru. Penulis secara spesifik akan membahas tentang paru-paru.
1. Paru-paru
Paru-paru merupakan salah satu organ inti pernapasan yang berada dalam kantung yang dikelilingi oleh pleura parientalis dan viseralis. Kedua paru-paru sangat lunak, elastic dan berada dalam rongga thorak yang memiliki dinding yang kuat dapat menahan tekanan .
Paru-paru merupakan alat pernafasan utama. Paru adalah struktur elastic yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan dari tekanan. Jika paru-paru adalah organ yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli), gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jumlah gemebung paru-paru kanan dan paru-paru kiri kurang lebih 700.000.000 buah. (Smeltzer dan Suzanne, 2001:513)
a. Anatomi Paru-paru
Paru - paru terletak disamping mediastinum dan melekat pada perantaraan radiks pulmonalis yang satu sama lainnya dipisahkan oleh jantung, pembuluh darah besar, dan struktur lain dalam mediastinum.
Masing – masing paru – paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok ke atas kira – kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang berbentuk konveks berhubungan dengan dinding dada sedangkan fasies mediastinalis yang berbentuk konkaf membentuk perikardium. Pada pertengahan permukaan paru kiri terdapat hilus pulmonalis yaitu lekukan dimana bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru – paru membentuk radiks pulmonalis.
Menurut Syaifuddin, (2009) Paru-paru dibagi 2, yaitu:
a. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus Pulmodekstra Superior, Lobus Media dan Lobus Inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen, dimana paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus inferior.
b. Paru-paru kiri, tediri dari 2 lobus (belah paru), Lobus Pulmosinistra Superior, dan Lobus Inferior. Ditiap-tiap lobusnya juga terdapat belahan yang lebih kecil bernama segmen, dimana paru-paru kiri mempunyai 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan 5 buah segmen pada lobus inferior.
Secara jelas lobus paru kiri dan kanan dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:
Letak paru-paru di rongga dada menghadap ke tengah kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru / hilus pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Menurut Syaiffudin, (2009) Pleura dibagi menjadi dua:
1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
b. Fisiologi Paru-paru
Paru-paru merupakan tempat pertukaran gas oksigen dan karbindioksida. Di paru-paru terdapat bronkus yang berfungsi sebagai pembawa oksogen dari trakea kemudian bronkus membentuk cabang yang lebih kecil yang disebut dengan Bronkus (bronkoli). Fungsi dari cabang ini adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas yaitu alveolus (dalam kelompok yang menyerupai anggur). Oksigen dialirkan oleh vena pulmonalis dimana fungsi dari vena pulmonalis ialah mengembalikan darah yang berisi okdigen dari paru-paru ke jantung untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Karbon dioksida yang dihasilkan dari proses pembakaran di jaringan-jaringan dan sel-sel di seluruh bagian organ tubuh dikembalikan ke paru-paru melewati pulmonalis. Arteri ini berfungsi mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen ( pearce ,2007 ;218).
B. Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Milier
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pelaksanaan, asuhan keperawatan dan diagnosa, keperawatan : Tuberculosis Millier yaitu:
1. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium sistem sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief, 2001:459).
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis Milier disebabkan penyebaran TB dalam jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan pasien lemah untuk membunuh kuman-kuman tersebut (disebut “milier) karena luka-luka kecil pada paru tampak sebagai butiran gandum.
Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan terbentuknya granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji “Milet” (sejenis gandum) berdiameter 1-2 mm. (Adwin, 2008).
Tuberkulosis Milier adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis, progresif lambat sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam aliran darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi. (Diane, 2000 ).
Bercak-bercak Granuler Milier pada paru dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut:
2. Etiologi
Diperkirakan Tuberkulosis Milier yang terjadi pada orang dewasa merupakan komplikasi infeksi primer atau TB primer dan TB kronis atau TB post primer ( Crofton ,2002 :114 ).
3. Patofisiologi
Infeksi awal karena seorang menghirup basil Mycobacterium. tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2 sampai 10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi Mycobacterium. tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi olah makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-120 hari). Daerah yang akan mengalami nekrosis dan menyebar ke limfa hematogen lama kelamaan akan menyebabkan Tuberculosis Milier (Mukty, 2000).
4. Manifestasi Klinis
Gejala TBC Milier timbul perlahan-lahan dan sifatnya tidak spesifik. Umumnya Tuberkulosis Milier terjadi dalam waktu 1 tahun setelah infeksi primer. Adapun gejala TBC Milier berupa: febris, letargi, keringat malam, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Febris yang bersifat turun naik sampai 400C dan berlangsung lama.
Menurut Somantri (2008 : 61) secara umum manifestasi klinis pada penderita tuberkulosis paru:
a. Demam : Sub febris-febris (400 – 410C) hilang timbul
b. Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
c. Sesak nafas : Terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
d. Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam hari.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin laju endapan darah (LED) normal atau meningkat
b. Foto thorax posterior anterior (PA) menunjukkan adanya gambar badai salju, bercak granuler milier pada kedua lapangan paru
c. Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA) untuk memastikan diagnosis TBC milier
d. Pemeriksaan cairan cerebrospinal untuk menunjukkan TBC milier disertai dengan meningitis.
e. Pemeriksaan biopsi untuk menunjukkan granuloma pada paru
6. Penatalaksanaan
Menurut Somantri (2008 : 63) jenis dan dosis obat :
a) Isoniazid ( INH)
Bersifat bakterisid dapat membunuh 90% kuman populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kh BB, efek samping kejang, anoreksia, malaise, demam, nyeri epigastrik dan trombositopenik.
b) Rifamfisin
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semidormant (persistent) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermitten 3x seminggu. Efek samping demam, menggigil, anemia hemolitik, terdapat kerusakan hati yang berat, dan supresi imunitas.
c) Pirazinomid
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu diberikan dengan dosis 3,5 mg/kgBB. Efek samping gangguan hari, gout anoreksia, mual-muntah, malaise dan demam.
d) Streptomicin
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu digunakan dosisi yang sama. Efek samping vertigo, sempoyongan dan dapat menurunkan fungsi ginjal
e) Etambutol
Bersifat sebagai bakterisiostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu digunakan dosis 30 mg/kgBB. Efek samping penurunan ketajaman penglihatan, gout, gatal, nyeri sendi, sakit kepala dan nyeri perut.
Obat harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya ketebalan obat, memberikan makanan yang bergizi yaitu makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP ) agar nutrisi klien terpenuhi.
C. Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan Tuberculosis Milier perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan. Adapun langkah-langkah proses keperawatan tersebut meliputi: pengkajian keperawatan, pendiagnosaan keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Dikarenakan tidak adanya konsep asuhan keperawatan khusus untuk Tuberkulosis milier , maka penulis mengambil asuhan keperawatan pada gangguan sistem pernapasan : Tuberkulosis paru secara umum.
1. Pengkajian
Menurut Doengoes, ( 2000: 240) pengkajian keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : - Kelelahan umum dan kelemahan
- Dispnea karena aktivitas
- Ketidaknyamanan mempertahankan kebiasaan rutin
b. Intgritas Ego
Gejala : Adanya / faktor stress lama
Tanda : Ansietas, ketakutan
c. Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
e. Pernafasan
Gejala : 1). Batuk produktif atau tidak produktif
2). Nafas pendek
3). Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi
f. Kemanan
Gejala : Abdomen kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, Kanker
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi Keperawatan.
Menurut Doengoes ( 2000 : 241 ), diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan : Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen dan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Intervensi : - Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan , obsrervasi penggunaan otot bantu , nafas bibir ,perubahan kulit / membran mukosa misalnya : pucat , sianosis .
- Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi nafas tak normal
- Selidiki kegelisahan dan perubahan mental / tingkat kesdaran
- Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan dan penggunaan alat.
b. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental dan keterbatasan gerakan dada / nyeri
Tujuan: Fungsi jalan napas kembali efektif
Intervensi: - Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas dan adanya sekret
- Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret, selidiki perubahan sesuai indikasi
- Instruksi untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi
- Penghisapan bila batuk lemah dan ronchi tidak bersih dengan upaya batuk
- Dorong masuk cairan per oral + 250 cc / hari
- Kaji nyeri / ketidaknyamanan dan obati dengan dosisi rutin dan lakukan latihan pernapasan.
c. Nyeri berhubungan dengan adanya massa di dada dan insisi bedah.
Tujuan: Nyeri berkurang / hilang
Intervensi: - Tanyakan pasien tentang nyeri dan tentukan karakteristik dan buat rentang intensitas pada skala 0-10
- Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien
- Catat kemungkinan penyebab nyeri, patofisiologi dan psikologi
- Jadwal periode istirahat, berikan lingkungan yang nyaman
- Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
- Berikan kenyamanan. Misalnya: sering ubah posisi
- Kriteria hasil keefektifan hasil pemberian obat, dorong pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri: ganti obat atau waktu sesuai ketetapan
d. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman /perubahan status kesehatan .
Tujuan: Cemas tidak terjadi.
Intervensi: - Dorong klien untuk menggunakan pikiran dan perasaan
- Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara
- Pertahankan kontak sering dengan pasien bicara dengan menyentuh pasien dengan tepat
- Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi
- Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur
- Tingkatkan rasa nyaman dan lingkungan tenang
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang terpajan /tidak mengenal informasi
Tujuan: Pengetahuan keluarga dan klien meningkat
Intervensi: - Kaji kemampuan klien dan keluarga
- Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan karbohidrat
- Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien
- Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang
- Libatkan keluarga dalam pemberian informasi.
0 Response to "asuhan keperawatan TBC (Tuberculosis Milier )"